Kamis, 31 Mei 2012

MINAT PEMUDA TERHADAP PERTANIAN

MENGERIKAN SEKALI

pemuda desa sebagai generai penerus yang tidak mencintai kegiatan pertanian merupakan akibat dari kesalahan orang tua yang mengabaikan penanaman budaya cinta pertanian kepada anak-anak mereka sejak masih kecil. Kiat-kiat khusus untuk menanamkan budaya cinta lingkungan kepada anak-anak pedesaan antara lain : pertama, perkenalkan kepada anak-anak kita tentang pertanian, sejak mereka berusia lima tahun. Kedua, bangun diskusi bersama anak-anak di sela-sela aktivitas pertanian. Di sawah merupakan tempat diskusi yang paling efektif untuk mendidik dan membangun diskusi bersama anak tentang hal-hal yang berkaitan dengan lingkungan di sekitarnya.

Kita dapat memberitahu kepada anak-anak tentang apa yang kita lakukan di sawah atau di kebun, mengapa harus melakukan demikian, apa tujuannya, dsb. Apalagi hal- hal seperti ini mungkin tidak mereka dapatkan di sekolah. Ketiga, belajar memberi tanggung jawab untuk berpartisipasi dalam aktivitas pertanian sesuai kemampuan mereka. Karena sudah terbiasa dengan bermain di sawah maka anak-anak lebih cenderung menghabiskan waktu bermain mereka bersama rekan- rekan seangkatannya di sawah.

Anak-anak sebaiknya dibiasakan untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatannya di sawah. Saat mereka berumur 8-9 tahun mereka diberi tanggung jawab untuk mengantarkan makanan oleh ibu mereka ke sawah. Ketika mereka berumur 11 tahun, mereka diminta menghalau burung-burung saat padi sudah mulai menguning. Tanggung jawab ini mereka lakukan dengan senang hati, tanpa terpaksa, karena disamping mereka menjalankan tugas mereka, kegiatan bermain mereka tidak pernah terganggu.

Keempat, Orang tua berperan sebagai “guru” bagi anak- anak baik di dalam maupun di luar rumah. Mengajar anak bukan semata-mata tugas seorang guru di sekolah. Tiada hari tanpa kerja. Orang tua harus selalu menanamkan nilai bahwa kerja di kebun dan di sawah merupakan suatu keharusan. Kita ini hidup dari ”tanah” meninggal pun ke ”tanah”. Karena itu, orang tua sebaiknya selalu mengajar dan mendidik anak-anak sendiri baik di rumah maupun di luar rumah. Di dalam rumah, orang tua mengajarkan untuk harus terlibat melakukan apa saja yang mereka mampu lakukan.

Di luar rumah, orang tua mengajarkan agar tidak ikut-ikutan meniru gaya hidup teman-teman lain yang ekonomi orang tua mereka mampu. Orang tua selalu menasehati pemuda desa bagaimana menjadi anak yang bertanggung jawab, tidak membuat orang tua kesal, dll. Dengan demikian, nasib generasi mendatang sedikit tidaknya ditentukan oleh apa yang kita wariskan dan tanamkan kepada mereka sejak saat sekarang. Memimpikan suatu generasi muda yang mencintai budaya pertanian sudah semestinya dilakukan mulai sekarang.

Kita selaku pemegang tongkat estafet pertanian saat ini mesti melihat diri kita sebagai pelaku pertanian saat sekarang dan melihat anak-anak kita sebagai pelaku dan pemegang tongkat estafet pertanian di waktu yang akan datang sesudah kita. Bila hal demikian disadari maka persoalan semakin pudarnya minat generasi penerus terhadap pertanian di desa yang sudah mulai terasa saat ini tidak akan terjadi. Karena itu komitmen dan tekad kita selaku mitra masyarakat untuk memberikan pendampingan dan penyadaran kepada masyarakat sangat dibutuhkan.

Generasi penerus yang ada di desa akan semakin merasa lebih nyaman berada di desa dan memulai usaha pertanian mereka ketimbang beralih ke kota. Sehingga, diharapkan budaya bertani tidak akan dipandang sebelah mata oleh pemuda desa kita. Apalagi, bila RUU Pembangunan Pedesaan segera disahkan oleh DPR RI, maka pembangunan pedesaan bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat desa dan meningkatkan peran masyarakat desa dalam setiap tahapan pembangunan dengan tetap menjamin terpeliharanya adat istiadat setempat. Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar